Minggu, 18 Agustus 2013

Gara-gara Ditilang Polwan


Cerita saya ini hanyalah fiktif belaka,
bila ada kesamaan, itu hanyalah
kebetulan. Pada saat itu, aku sedang
mengendarai motor di jalan Soekarno-
Hatta. Aku tidak memakai helm karena
aku terburu-buru pergi ke tempat
pacarku. Apesnya, aku dicegat sama
polisi. Polisi itu naik mobil, tiba-tiba
memotong jalanku, aku kaget hampir
saja kutabrak mobil polisi itu. Aku rem
motorku, karena terjadi hentakkan, jadi
tubuhku hilang keseimbangan lalu aku
jatuh dari motorku. Aku terguling-guling
di jalan. Tapi syukurlah hanya lecet
biasa.
Pada saat aku masih dalam keadaan
telungkup, aku lihat pintu mobil polisi itu
terbuka. Tapi anehnya, aku sepertinya
kok melihat kaki seorang wanita.
Kakinya yang putih mulus dan indah itu
kini berada tepat di wajahku,
kutegakkan kepalaku. Betapa kagetnya
aku, mataku seperti melihat "hutan
belantara" di antara kedua kaki yang
jenjang itu. Setelah kuperhatikan baik-
baik, ternyata dia seorang polisi wanita,
pangkatnya Letnan Dua dan di dada
kirinya tertulis namanya, LILIS. Dia
sangat cantik dan ohh.., body-nya mirip
gitar Spanyol.
Aku jadi bengong, dan, "Plaakk..!"
sebuah tamparan mendarat di pipiku.
"Hei, apa yang Kamu lihat..? Ayo
sekarang serahkan SIM dan STNK
cepet..!" bentaknya.
Aku jadi kaget dan segera kuambil
dompetku, lalu kuambil SIM dan STNK,
lalu kuserahkan padanya. Sementara dia
melihat suratku, aku pandangi lagi dia
ohh.., betapa cantik polisi cewek ini. Aku
duga umurnya paling masih sekitar 25
tahun, seumur dengan kakakku. Samar-
samar di dalam mobil ada cewek satu
lagi, dia seumur dengannya tetapi
pangkatnya lebih rendah, kalau tidak
salah sersan dua. Kakinya putih tetapi
tidak semulus polwan yang tadi.
Lalu tanpa kusadari, Letnan Lilis
mengambil sesuatu dari dalam mobil, dia
berjalan menuju hidung mobil, lalu dia
membungkukkan badannya untuk
menulis sesuatu. Pada posisi nungging,
aku lihat lagi body-nya yang wuih
s*****it deh.. Tanpa kusadari, "adik
kecilku" membengkak perlahan.
Setelah itu dia tegakkan badannya, terus
berkata, "Eee.. saudara Sony, Anda Kami
tilang karena Anda tidak memakai helm
dan ngebut. Sidang akan dilaksanakan
besok lusa. Jangan lupa Anda harus hadir
di persidangan besok. Oke..?"
"Tapi Bu, besok lusa Saya tidak bisa
hadir, soalnya pada hari itu Saya harus
mengantar pacar yang akan diwisuda.
Jadi Saya minta tolong sama Ibu,
bagaimana dech baiknya agar persoalan
ini selesai..?"
Lalu dia bilang, "Do you have some
money..?"
"Aduh, maaf sekali Bu, Saya sama sekali
tidak membawa uang sepeser pun."
jawabku.
"Baiklah, kalau gitu SIM-mu Aku tahan
untuk sementara, tapi nanti malam
Kamu harus pergi ke rumah Saya. Dan
ingat..! Kamu harus datang sendiri.
Oke..? Ini alamatku. Jangan lupa lho, Aku
tunggu jam 19:00."
Dia pergi sambil mengerdipkan matanya
kepadaku. Aku kaget, tetapi happy
banget, pokoknya senang dech.
Aku sampai di rumahnya sekitar jam
19:00 dan langsung mengetuk pintu
pagarnya yang sudah terkunci. Tidak
lama kemudian, Ibu Lilis muncul dari
dalam dan sudah tahu aku akan datang
malam itu.
"Ayo Son.., masuk. Aku sudah lama
nunggu lho, sampai basah dan bau
keringat pantatku duduk terus dari
tadi.." sapanya.
"Akkhh.. Ibu bisa saja.." jawabku.
"Sorry.., pintunya sudah digembok,
soalnya Aku tinggal sendiri, jadi harus
hati-hati." sambutnya.
"Oh.., jadi Ibu belum menikah too..?
Sayang lho..! Wanita secantik Ibu ini
belum menikah.." kataku merayu.
"Aaa.. Kamu merayu ya..?" tanyanya.
"Enggak kok Bu, Saya berkata begitu
karena memang kenyataannya begitu.
Coba Ibu pikir, Ibu sudah mapan
hidupnya, cantik luar-dalam, dan
sebagainya dech.." jelasku.
"Ehhkk.. Aku cantik luar-dalam, apa
maksud Kamu, Aku cantik luar-dalam..?"
tanyanya lagi.
"Waduh.., gimana ya, malu Aku
jadinya..?" jawabku.
"Kamu nggak perlu malu-malu
mengatakannya, Kamu ingin SIM Kamu
kembali nggak..?" ancamnya."Eee..
sekarang gini aja, Kamu udah punya
pacar khan..? Sekarang Saya tanya,
kenapa Kamu memilih dia jadi pacar
Kamu..?" tanyanya lagi.
"Eee.. jujur aja Bu, dia itu orangnya
cantik, baik, setia dan cinta sama Saya,
that's all.."
"Kalau seumpama Kamu disuruh milih
antara Saya dan pacar Kamu, Kamu pilih
Saya atau pacar Kamu sekarang..?
Bandingkan aja dari segi fisik, Oke.. Saya
atau Dia..?" tanyanya memojokkanku.
"Eee.. Anu.. anu.. ee..," aku dibuat
bingung tidak karuan.
"Ayo.. jawab aja..! Kalau Kamu tidak
jawab, SIM Kamu tidak kukembalikan
lho..!" ancamnya lagi.
"Waduhh.., gimana ya..? Ehmm.., baiklah,
Saya akan jawab sejujurnya. Saya tetap
akan memilih pacar Saya sekarang."
jawabku.
"Wow.., kalau begitu dia lebih cantik dan
semok dong dari Saya..?" jawabnya lirih.
"Eee.. bukan begitu Bu, Saya memilih
pacar Saya walaupun Dia sebetulnya
kalah cantik dari Ibu, dan segalanya
dech..!" jawabku. "Akhh.. yang benar, jadi
Aku lebih cantik dan semok dari Dia..?"
tanyanya lagi.
"Jujur saja.., ya.. ya.. ya.." jawabku
mantap.
"Ohh.., Aku jadi tersanjung dan terpikat
dengan jawabanmu tadi..," katanya
girang, "Wah.. jadi lupa Aku, Kamu
nonton TV aja dulu di ruang tengah, Aku
mau ambil SIM Kamu di kamar.., Oke..?"
pintanya.
Lalu aku menuju ke ruang tengah,
kuputar TV. Secara tidak sengaja, aku
melihat tumpukan VCD. Aku tertarik,
lalu kulihat tumpukan VCD itu, lalu, ohh
astaga, ternyata tumpukan VCD itu
semuanya film "XX", aku terkejut sekali
melihat tumpukan film "XX" itu.
Sebelum aku melihat satu-persatu,
terdengar bunyi pintu dibuka. Lalu, ohh,
aku terkejut lagi, Ibu Lilis keluar dari
kamarnya hanya menggenakan daster
pink transparan, di balik dasternya itu,
bentuk payudaranya terlihat jelas,
terlebih lagi puting susunya yang
menyembul bak gunung Semeru.
Begitu ia keluar, mataku nyaris copot
karena melotot, melihat tubuh Ibu Lilis.
Dia membiarkan rambut panjangnya
tergerai bebas.
"Kenapa..? Ayo duduk dulu..! Ini SIM
Kamu.. Aku kembalikan.." katanya.
Wajahku merah karena malu, karena Ibu
Lilis tersenyum saat pandanganku
terarah ke buah dadanya.
"SIM Kamu, Aku kembalikan, tapi Kamu
harus menolong Saya..!"
Ibu Lilis merapatkan duduknya di karpet
ke tubuhku, aku jadi panas dingin
dibuatnya.
"Sonn..?" tegurnya ditengah-tengah
keheninganku.
"Ada apa Bu..?" tubuhku bergetar ketika
tangan Ibu Lilis merangkulku, sementara
tangannya yang lain mengusap-usap
daerah "XX"-ku. "Tolong Ibu Lilis ya..?
Dan janji, Kamu harus janji untuk
merahasiakan hal ini, kalau tidak aku
DOR Kamu..!" pintanya manja.
"Tapi.. Saya.., anu.., ee.."
"Kenapa..? Ooo.. Kamu takut sama pacar
Kamu ya..?" katanya manja.
Wajahku langsung saja merah
mendengar perkataan Ibu Lilis, "Iya Bu.."
kataku lagi.
"Sekarang Kamu pilih disidang atau
pacar Kamu..?" ancamnya.
Dia kemudian duduk di pangkuanku. Bibir
kami berdua kemudian saling
berpagutan. Ibu Lilis yang agresif karena
haus akan kehangatan dan aku yang
menurut saja, langsung bereaksi ketika
tubuh hangat Ibu Lilis menekan ke
dadaku. Aku bisa merasakan puting susu
Ibu Lilis yang mengeras. Lidah Ibu Lilis
menjelajahi mulutku, mencari lidahku
untuk kemudian saling berpagutan bagai
ular. Setelah puas, Ibu Lilis kemudian
berdiri di depanku yang dari tadi masih
melongo, karena tidak percaya pada apa
yang sedang terjadi. Satu demi satu
pakaiannya berjatuhan ke lantai.
Tubuhnya yang polos tanpa sehelai
bnenangpun seakan akan menantang
untuk diberi kehangatan olehku.
"Lepaskan pakaiannmu Sonn..!" Ibu Lilis
berkata sambil merebahkan dirinya di
karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai
sutera ditindihi tubuhnya.
"Ayoo.. cepat dong..! Aku udah gatel
nich.. ohh.." Ibu Lilis mendesah tidak
sabar.
Aku kemudian berlutut di sampingnya.
Aku bingung dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan, karena malu.
"Sonn.. letakkan tanganmu di dadaku,
ayo ohh..!" pintanya lagi.
Dengan gemetar aku meletakkan
tanganku di dada Ibu Lilis yang turun
naik. Tanganku kemudian dibimbing
untuk meremas-remas payudara Ibu Lilis
yang super montok itu.
"Oohh.. enakk.., ohh.. remas pelan-pelan,
rasakan putingnya menegang.."
desahnya.
Dengan semangat aku melakukan apa
yang dia katakan.
Lama-lama aku jadi tidak tahan, lalu,
"Ibu.. boleh Saya hisap susu Ibu..?"
Ibu Lilis tersenyum mendengar
pertanyaanku, dia berkata sambil
menunduk, "Boleh Sayang.. lakukan apa
yang Kamu suka.."
Tubuh Lilis menegang ketika merasakan
jilatan dan hisapan mulutku yang
sekarang mulai garang itu di susunya.
"Oohh.. jilat terus Sonn..! Ohh.." desah
Ibu Lilis sambil tangannya mendekap
erat kepalaku ke payudaranya.
Aku lama-lama semakin buas menjilati
puting susunya, mulutnya tanpa
kusadari menimbulkan bunyi yang
nyaring. Hisapanku semakin keras,
bahkan tanpa kusadari, aku menggigit-
gigit ringan putingnya yang ohh.
"Mmm.. nakal Kamu.." Ibu Lilis
tersenyum merasakan tingkahku yang
semakin "Jozz" itu.
Lalu aku duduk di antara kedua kaki Ibu
Lilis yang telah terbuka lebar, sepertinya
sudah siap tempur. Ibu Lilis kemudian
menyandarkan punggungnya pada
dinding di belakangya.
"Ayo, sekarang Kamu rasakan
memekku..!" ia membimbing telunjukku
memasuki liang senggamanya.
"Hangat, lembab, sempit sekali Bu.."
kataku sambil mengucek kedalaman
liang kenikmatannya. "Sekarang jilat
'****** kecil'-ku..!" katanya.
Pelan-pelan lidahku mulai menjilat
klitoris yang mulai menyembul tinggi
sekali itu.
"Terus.. oohh.. ya.. jilat.. jilat. Terus..
ohh.." Ibu Lilis menggerinjal-gerinjal
keenakan ketika kelentitnya dijilat oleh
mulutku yang mulai asyik dengan
tugasnya.
"Gimana.., enak ya Bu..?" aku tersenyum
sambil terus menjilat.
"Oohh.. Soonn.." tubuh Ibu Lilis telah
basah oleh peluh, pikirannya serasa di
awang-awang, sementara bibirnya
merintih-rintih keenakan.
Lidahku semakin berani mempermainkan
kelentit Ibu Lilis yang makin bergelora
dirangsang birahi. Nafasnya yang
semakin memburu pertanda
pertahanannya akan segera jebol. Dan
aku akan unggul 1-0, ee.. emangnya
main bola.
Lalu, "Oooaahh.. Soonn..!"
Tangan Ibu Lilis mencengkeram
pundakku yang kokoh bagaikan tembok
raksasa di China, sementara tubuhnya
menegang dan otot-otot kewanitaannya
mulai menegang, dan muncratlah
'lahar'Ibu Lilis di mulutku. Matanya
terpejam sesaat, menikmati kenikmatan
yang telah kuberikan.
Bersambung ke bagian 02
Gara-gara Ditilang Polwan 02
Sambungan dari bagian 01
"Hmm.. Kamu sungguh lihai Soonn..
Sekarang coba gantian Kamu yang
berbaring.." katanya.
Aku menurut saja. Batang kejantananku
segera menegang ketika merasakan
tangan lembut Ibu Lilis yang mulai
mempermainkan senjata
keperkasaanku.
"Wah.. wahh.. besar sekali. Oh my god..
Ohh.." tangan Ibu Lilis segera mengusap-
usap batang keperkasaanku yang telah
mengeras tersebut.
Segera saja benda besar dan panjang itu
mulai berdenyut-denyut dan
dimasukkan ke mulut Ibu Lilis. Dia
segera menjilati batang kemaluanku itu
dengan penuh semangat. Kepala
kejantananku itu dihisapnya keras-keras
hingga aku jadi merintih keenakan.
"Ahh.. enakkee.. rekk..!" aku tanpa sadar
menyodokkan pinggulku untuk semakin
menekan senjata keperkasaanku agar
makin ke dalam mulut Ibu Lilis yang
telah penuh oleh batang kejantananku.
Gerakanku makin cepat seiring semakin
kerasnya hisapan Ibu Lilis.
"Ooohh Bu.. oohh.. mulut Ibu memang
sakti.. ohh.. I'm coming.. ohh.."
Muncratlah laharku di dalam mulut Ibu
Lilis yang segera menjilati cairan itu
hingga tuntas.. tas.. tas.. plass.
"Hmm.. agak asin rasanya Son
punyamu.., tapi enak kok.." Ibu Lilis
masih tetap menjilati kemaluanku yang
masih tegak bagaikan tugu Monas di
Jakarta, menara Piza di Italy, menara
Eiffel di Paris.
"Sebentar ya.., Aku mau minum dulu.."
katanya setelah selesai menjilati batang
kejantananku.
Ketika Ibu Lilis sedang membelakangiku
sambil menenggak air putih dari kulkas.
Aku melihat body yang wuih dan itu ohh,
pantat yang bulat. Aku memang suka
pantat yang bulat dan menantang. Aku
tidak tahan cuma melihat dari jauh, lalu
aku berdiri dan berjalan
menghampirinya, lalu mendekapnya dari
belakang.
"Sonn.. jangan nakal dong, biar Ibu
minum dulu..!" katanya manja.
"Aku tidak tahan melihat pantat ibu
yang bulat dan menantang itu." kataku
tak sabaran.
"Kamu suka pantatku, kalau gitu Kamu
tentu mau kalau nanti pantatku
mendapat giliran untuk Kamu obok-
obok, bagaimana Son..? Mau ngobok-
ngobok pantat Ibu..?" tanyanya.
Aku terima tantangannya.
"Ohh.., memang benar-benar wuihh.."
aku berkata sambil mengelus-elus
pantat Ibu Lilis.
Lalu aku jongkok agar dapat jelas
melihat, kusentuh lembut pantat itu
dengan tanganku. Terus kucium, kuelus
lagi, kucium lagi terus kujilat, lalu
kubuka belahan pantat itu. Ohh..,
terhampar pemandangan indah dengan
bau yang khas, lubang yang sempit, lebih
sempit dari yang di depan dan sekitarnya
ditumbuhi bulu-bulu yang lumayan
lebat. Lalu kujulurkan jari telunjukku ke
lubang yang sempit itu. Waktu aku coba
memasukkan jariku ke lubang itu,
terdengar jeritan kecil Ibu Lilis.
"Son.., jangan keras-keras ya, nanti
sakit.. lho.."
Lalu aku mulai memasukkan step by
step. Waktu jariku menembus lubang itu
sepertinya tanganku mau disedot masuk
ke dalam.
"Lubang Ibu nakal juga ya, masa jariku
mau dimakan juga..?"
"Akhh.. Kamu nakal dech.., ohh Son..
coba sekarang Kamu jilat ya..?"
pintanya.
Lalu kutarik jariku dari dalam lubang itu,
lalu aku mulai menjilati lubang itu
ehhmm.., lumayan juga rasanya, asin-
asin gurih.
Sementara itu, Ibu Lilis terdengar
merintih keenakan. Lama-lama aku
tidak sabar, dan terus kuberdiri dan
tanpa basa-basi, aku langsung
membalikkan badannya. Terus kulahap
gundukan-gundukan daging di dada Ibu
Lilis dengan nikmat. Sementara itu, Ibu
Lilis mulai mendesah-desah dan
menggelinjang. Kepalanya mendongak
ke atas dan matanya terpejam.
Goyangan-goyangan lidahku yang terus
menjilati puting susu Ibu Lilis yang tinggi
dan lancip begitu bertubi-tubi tanpa
henti. Ibu Lilis menggerinjal-gerinjal
dengan keras.
"Aaahh.. uuhh.. uuhh.." desahan-desahan
kenikmatan semakin banyak
bermunculan dari mulut Ibu Lilis.
Geliat-geliatan tubuhnya semakin
menjadi-jadi karena merasa sensasi
yang luar biasa akibat sentuhan-sentuh
an mulut dan lidahku pada ujung syaraf
sensitif di payudaranya. Urat-urat
membiru pun mulai menghiasi dengan
jelas seluruh permukaan payudara yang
super montok itu.
Masih dengan mulutku yang tetap
berpetualang di dada Ibu Lilis yang juga
masih menggelinjang, aku membopong
Ibu Lilis ke kamar. Kujatuhkan tubuh Ibu
Lilis di atas kasur spring bed yang sangat
empuk. Saking keras jatuhnya, tubuhnya
yang aduhai itu sempat terlontar-lontar
sedikit sebelum akhirnya tergolek
pasrah di atas ranjang itu. Setelah itu,
Ibu Lilis tetelentang di kasur dengan
kaki-kakinya yang jenjang terjulur ke
lantai. Tubuh bugilnya yang putih dan
mulus beserta payudara yang montok
dengan puting susu nan tinggi yang
teronggok kokoh di dadanya, memang
sebuah pemandangan yang amat
menawan hati.
Lalu aku berlutut di lantai menghadap
s*****kangan Ibu Lilis. Kurenggangkan
kedua kakinya yang menjejak di lantai.
Dengan begitu aku dapat memandang
langsung ke arah s*****kangannya itu.
Bulu-bulu kemaluan yang tumbuh di
padang rumput tipis yang menghiasi
wilayah sensitif itu begitu menggelora
nafsu birahiku. Aromanya yang segar
dan harum membuat nafsuku itu kian
meninggi. Kudekatkan mulutku ke bibir
vaginanya dan kujulurkan lidahku untuk
mencicipi lezatnya lubang itu. Tubuh Ibu
Lilis terlonjak keras ketika kucucukkan
lidahku ke dalam liang senggamanya.
Kukorek-korek seluruh permukaan
lorong yang gelap itu. Begitu hebat
rangsangan yang kubuat pada dinding
lorong kenikmatan tersebut, membuat
air bah segera datang membanjirinya.
"Ooohh.. uuhh.. aahh.." terdengar
rintihan Ibu Lilis dari mulutnya yang
megap-megap setengah membuka.
Kemudian aku berdiri. Dengan tangan
bertumpu ke atas kasur, kucoba
mengarahkan ujung penisku ke lubang
vagina yang lumayan sempit yang
tampak licin dan basah milik Ibu Lilis.
Berhasil. Perlahan-lahan kuhujamkan
batang kemaluanku ke dalam liang
senggama itu. Tubuh Ibu Lilis berkejat-
kejat dibuatnya merasakan nikmat
penetrasi yang sedang kulakukan saat
ini.
"Aaahh.. oohh.." tak ayal jeritan-jeritan
mengalir dari mulutnya.
Akhirnya batang keperkasaanku amblas
semua ke dalam liang gelap yang
berdenyut-denyut milik Ibu Lilis diiringi
dengan jeritannya.
Kenikmatan ini kian bertambah menjadi-
jadi setelah aku melakukan penetrasi
lebih dalam dan intensif lagi. Gerakan
memompa dari batang kejantananku di
dalam kemaluan Ibu Lilis semakin
kupercepat. Terdengar suara kecipak-
kecipak dan lenguhan kami berdua
karena terlalu asyiknya kami
bersenggama. Seiring dengan tangan
yang kembali meremas-remas
perbukitan indah yang menjulang tinggi
di dada Ibu Lilis, batang kejantananku
terus melakukan serangan-serangan
yang tanpa henti di dalam lubang
senggamanya yang bertambah kencang
denyutan-denyutannya. Vagina
memerah yang terus berdenyut-denyut
dan amat licin akibat begitu
membanjirnya cairan-cairan kenikmatan
yang keluar dari dalamnya, terasa
menjepit bnatang kejantananku.
Demikian sempitnya ruang gerak
penisku di dalam lorong gelap itu,
menjadikan gesekan-gesekan yang
terjadi begitu mengasyikkan. Ini
merupakan sensasi sendiri bagiku yang
merasakan batang keperkasaanku
seperti merasa diurut-urut oleh seluruh
permukaan dinding vaginanya. Mulutku
pun tak henti-hentinya menyuarakan
desahan-desahan kenikmatan tanpa
bisa dihalangi lagi.
"Oiihh.. Soonn.. ohh.." Ibu Lilis menjerit-
jerit tidak karuan, sementara tubuhnya
juga melonjak-lonjak dengan keras.
Sekuat tenaga kuhujam-hujam penisku
dengan lebih ganas lagi ke dalam liang
senggamanya. Rasanya hampir habis
tenaga dan nafasku dibuatnya. Tetapi
nafsu birahi yang begitu menggelora
tampaknya membuatku lupa pada
kelelahanku itu. Ini dibuktikan dengan
sodokan kejantananku yang berusaha
menusuk sedalam-dalamnya. Bahkan
berkali-kali ujung batang kejantananku
sampai menyentuh pangkal liang
tersebut, membuat Ibu Lilis menjerit
keenakan.
"Soonn.. Soonn.. Aku.. mau.. keluar.." Ibu
Lilis melenguh kencang.
Ia merasakan sudah tidak bisa menahan
klimaksnya lagi. Akan tetapi, aku belum
merasakan klimaks sedikit pun.
Langsung kutambah kecepatan
genjotan-genjotan batang kejantananku
di dalam liang senggamanya. Begitu
buasnya sodokan-sodokanku itu,
membuat tubuh Ibu Lilis bergoyang-
goyang hebat, dia merintih.. merintih..
dan merintih. Akhirnya saat yang
diharapkan itu tercapai. Aku melenguh
panjang merasakan laharku muncrat,
menyusul Ibu Lilis yang sudah terlebih
dahulu memperoleh orgasmenya. Begitu
nikmatnya orgasme yang kurasakan itu
sehingga membuat laharku bagaikan air
bah menerjang masuk ke dalam liang
senggama Ibu Lilis. Kami berdua
mengejang kencang saat titik-titik
puncak itu tercapai. Tapi kenapa batang
kejantananku tidak mau istirahat, dan
masih terlihat perkasa.
Dengan segera aku berlutut di atas
ranjang. Kuminta Ibu Lilis untuk berlutut
juga membelakangiku dengan tangan
bertumpu di kasur, jadi dalam posisi
doggy style. Kemudian Lilis kudorong
sedikit ke depan, sehingga pantatnya
agak naik ke atas, yang lebih
memudahkan batang kejantananku
untuk melakukan penetrasi ke dalam
lubang senggamanya. Setelah itu
langsung kusodok kemaluan yang
sekarang sudah terlihat agak merekah
itu dengan batang keperkasaanku dari
belakang. Tubuh Ibu Lilis terhenyak
hingga hampir terjungkal ke depan
akibat kerasnya sodokanku itu,
sementara mulutnya menjerit keenakan.
Dalam sekejap, senjata-ku itu
seluruhnya ditelan oleh vagina itu dan
langsung menjepitnya. Jepitan liang
senggama Ibu Lilis yang berdenyut-
denyut menambah gairah birahiku yang
memang sudah menggelora.
Dengan cepat, kutarik kejantananku
sampai hampir keluar dari dalam liang
senggamanya, lalu kutusukkan kembali
dengan cepat. Kemudian kutarik dan
kusodok lagi, seterusnya berulang-ulang
tanpa henti. Doronganku yang keras
ditambah dengan sensasi kenikmatan
yang luar biasa membuat Ibu Lilis
beberapa kali nyaris terjerembab.
Namun itu tidak menjadi masalah sama
sekali. Bahkan sebaliknya, membuat
permainan kami berdua menjadi kian
panas.
Lalu, "Aah.. ah.. ah.. ah.." nafasku
terengah-engah.
Kurasakan sekujur tubuhku mulai
kehabisan tenaga. Tenagaku sudah
begitu terkuras, tetapi aku belum mau
berputus asa. Kucoba mengeluarkan
sisa-sisa tenaga yang masih ada
semampuku. Dengan sedikit mengejang,
kugenjot batang kejantananku kembali
ke dalam luabng kenikmatannya
sekuat-kuatnya. Ibu Lilis pun tidak mau
kalah, dia maju-mundurkan tubuhnya
dengan ganasnya. Akhirnya, Ibu Lilis
melenguh panjang, muncratlah lahar-
nya, disusul beberapa detik kemudian
oleh kemaluanku.
Lalu secepat kilat kukeluarkan penisku
dari dalam lubang kenikmatan Ibu Lilis
dan langsung jatuh terkapar di kasur.
Lalu, Ibu Lilis langsung meraih batang
kejantananku itu dan dimasukkan ke
dalam mulutnya. Ibu Lilis mengocok
penisku itu di dalam mulutnya yang
memang agak kecil. Namun Ibu Lilis
berhasil melumat batang
keperkasaanku dengan nikmatnya.
Gesekan-gesekan yang terjadi antara
kulit kemaluanku yang sensitif dengan
mulut Ibu Lilis yang basah dan licin
ditambah dengan gigitan-gigitan kecil
yang dilakukan oleh giginya yang putih
karena pakai "Smile-Up Man", membuat
aku tidak dapat menahan diri lagi.
Muncratan-muncratan lahar kenikmatan
yang keluar begitu banyaknya dari
batang keperkasaanku langsung ditelan
seluruhnya, hampir tanpa sisa oleh Ibu
Lilis. Sebagian meleleh keluar dari
mulutnya dan jatuh membasahi kasur.
Belum puas sampai disitu, ia masih
menjilati sekujur batang kejantananku
sampai bersih total seperti sediakala.
Bukan main!
Lalu kami berdua tergolek di atas
tempat tidur dengan tubuh telanjang
yang dibasahi oleh keringat dan lahar
kami. Kemudian aku tertidur.
Tiba-tiba, "Aaauuwww..," kepalaku sakit
sekali, terus aku terbangun tetapi
samar-samar aku melihat 3 orang sudah
berada di sekelilingku. Semuanya
memakai seragam putih-putih. Satu
cowok dan 2 cewek. Setelah itu
penglihatanku mulai jelas, dan benar
dugaanku, aku sekarang berada di
rumah sakit. Tapi bagaimana bisa..?
Terus apa yang kulakukan tadi itu
gimana..?
Agar aku tidak penasaran, kubertanya
pada dokter. Lalu dia menerangkan
bahwa aku mengalami kecelakaan, terus
terjadi gegar otak ringan di kepalaku.
Jadi apa yang kulakukan tadi itu
hanyaMIMPI. Ohh.. betapa malangnya
nasibku, ya nasib, ya nasib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar