Minggu, 18 Agustus 2013

PacarKu Dan Adik"nya

Pacarku dan adik-adiknya
Sunday, 16 October 2011 | comments
Cerita ini berawal ketika aku pacaran
dengan Dian. Dian adalah seorang gadis
mungil dengan tubuh yang seksi dan
dibalut oleh kulit yang putih mulus.
Walaupun payudaranya tidak terlalu
besar, ya.. kira-kira berukuran 34 lah.
Selama pacaran, kami belum pernah
berhubungan badan. Hanya saja kalau
nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya
kami melakukan oral seks.
Dian memiliki dua orang adik
perempuan yang cantik. Adiknya yang
pertama, namanya Elsa, juga
mempunyai kulit yang putih mulus.
Namun payudaranya jauh lebih besar
daripada kakaknya. Menurut kakaknya,
ukurannya 36B. Inilah yang selalu
menjadi perhatianku kalau aku sedang
ngapel ke rumah Dian. Payudaranya
yang berayun-ayun kalau sedang
berjalan, membuat penisku berdiri tegak
karena membayangkan betapa enaknya
memegang payudaranya. Sedangkan
adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP.
Namanya Agnes. Tidak seperti kedua
kakaknya, kulitnya berwarna sawo
matang. Tubuhnya semampai seperti
seorang model cat walk. Payudaranya
baru tumbuh. Sehingga kalau memakai
baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan
kecil dengan puting yang mencuat.
Walaupun begitu, gerak-geriknya
sangat sensual.
Pada suatu hari, saat di rumah Dian
sedang tidak ada orang, aku datang ke
rumahnya. Wah, pikiranku langsung
terbang ke mana-mana. Apalagi Dian
mengenakan daster dengan potongan
dada yang rendah berwarna hijau muda
sehingga terlihat kontras dengan
kulitnya. Kebetulan saat itu aku
membawa VCD yang baru saja kubeli.
Maksudku ingin kutonton berdua dengan
Dian. Baru saja hendak kupencet tombol
play, tiba-tiba Dian menyodorkan
sebuah VCD porno.
Hei, dapat darimana sayang? tanyaku
sedikit terkejut.
Dari teman. Tadi dia titip ke Dian karena
takut ketahuan ibunya, katanya sambil
duduk di pangkuanku.
Nonton ini aja ya sayang. Dian kan
belum pernah nonton yang kayak gini,
ya? pintanya sedikit memaksa.
Oke, terserah kamu, jawabku sambil
menyalakan TV.
Beberapa menit kemudian, kami terpaku
pada adegan panas demi adegan panas
yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku
mengeras. Menusuk-nusuk pantat Dian
yang duduk di pangkuanku. Dian pun
memandang ke arahku sambil
tersenyum. Rupanya dia juga
merasakan.
Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?
tanyanya sambil mendesah dan
kemudian mengulum telingaku. Aku
hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu
tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang
merah dan langsung kucium, kujilat
dengan penuh nafsu. Jari-jemari Dian
yang mungil mengelus-elus penisku
yang semakin mengeras.
Lalu beberapa saat kemudian, tanpa
kami sadari ternyata kami sudah
telanjang bulat. Segera saja Dian
kugendong menuju kamarnya. Di
kamarnya yang nyaman kami mulai
melakukan foreplay. Kuremas
payudaranya yang kiri. Sedangkan yang
kanan kukulum putingnya yang
mengeras. Kurasakan payudaranya
semakin mengeras dan kenyal. Kuganti
posisi. Sekarang lidahku liar menjilati
vaginanya yang basah. Kuraih
klitorisnya, dan kugigit dengan lembut.
Aahh.. ahh.. sa.. sayang, Dian udah nggak
kuat.. emh.. ahh.. Dian udah mau keluar..
aackh.. ahh.. ahh! Kurasakan ada cairan
hangat yang membasahi mukaku.
Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah
mulutnya. Tangan Dian meremas
batangku sambil mengocoknya dengan
perlahan, sedangkan lidahnya
memainkan buah pelirku sambil sesekali
mengulumnya. Setelah puas bermain
dengan buah pelirku, Dian mulai
memasukkan penisku ke dalam
mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak
muat saat penisku masuk seluruhnya.
Tapi kuakui sedotannya memang nikmat
sekali. Sambil terus mengulum dan
mengocok batang penisku, Dian
memainkan puting susuku. Sehingga
membuatku hampir ejakulasi di
mulutnya. Untung masih dapat kutahan.
Aku tidak mau keluar dulu sebelum
merasakan penisku masuk ke dalam
vaginanya yang masih perawan itu.
Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu
kamar terbuka. Aku dan Dian terkejut
bukan main. Ternyata yang datang
adalah kedua adiknya. Keduanya
spontan berteriak kaget.
Kak Dian, apa-apan sih? Gimana kalau
ketahuan Mama? teriak Agnes.
Sedangkan Elsa hanya menunduk malu.
Aku dan Dian saling berpandangan.
Kemudian aku bergerak mendekati
Agnes. Melihatku yang telanjang bulat
dengan penis yang berdiri tegak,
membuat Agnes berteriak tertahan
sambil menutup matanya.
Iih.. Kakak! jeritnya. Itunya berdiri!
katanya lagi sambil menunjuk penisku.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah
lakunya.
Setelah dekat, kurangkul dia sambil
berkata, Agnes, Kakak sama Kak Dian
kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi
pacaran. Yang namanya orang pacaran
ya.. kayak begini ini. Nanti kalo Agnes
dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak
begini juga. Agnes udah bisa apa belum?
tanyaku sambil mengelus pipinya yang
halus. Agnes menggeleng perlahan.
Mau nggak Kakak ajarin? tanyaku lagi.
Kali ini sambil meremas pantatnya yang
padat.
Mmh, Agnes malu ah Kak, desahnya.
Kenapa musti malu? Agnes suka nggak
sama Kakak? kataku sambil menciumi
belakang lehernya yang ditumbuhi
rambut halus.
Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama
Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak
Dian, jawabnya sambil memejamkan
mata.
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku
di lehernya. Setelah puas menciumi
leher Agnes, aku beralih ke Elsa.
Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama
Kakak? Elsa mengangguk sambil
kepalanya masih tertunduk.
Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi,
kataku sambil menggandeng keduanya
ke arah tempat tidur.
Elsa duduk di pinggiran tempat tidur
sambil kusuruh untuk mengulum
penisku. Pertamanya sih dia nggak mau,
tapi setelah kurayu sambil kuraba
payudaranya yang besar itu, Elsa mau
juga. Bahkan setelah beberapa kali
memasukkan penisku ke dalam
mulutnya, Elsa tampaknya sangat
menikmati tugasnya itu. Sementara Elsa
sedang memainkan penisku, aku mulai
merayu Agnes. Agnes, bajunya Kakak
buka ya? pintaku sedikit memaksa
sambil mulai membuka kancing baju
sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan
membuka roknya. Ketika roknya jatuh
ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai
basah.
Segera saja kulumat bibirnya dengan
bibirku. Lidahku bergerak-gerak
menjilati lidahnya. Agnes pun kemudian
melakukan hal yang sama. Sambil tetap
menciumi bibirnya, tanganku bermaksud
membuka BH-nya. Tapi segera
ditepiskannya tanganku.
Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil,
katanya sambil menutupi dadanya
dengan tangannya. Dengan tersenyum
kuajak dia menuju ke kaca yang ada di
meja rias. Kusuruh dia berkaca.
Sementara aku ada di belakangnya.
Dibuka dulu ya! kataku membuka
kancing BH-nya sambil menciumi
lehernya.
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai,
payudaranya kuremas perlahan sambil
memainkan putingnya yang berwarna
coklat muda dan sudah mengeras itu.
Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada
kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus.
Lagian kamu kan emang masih kecil,
wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti
kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan
gede juga, kataku sambil mengusapkan
penisku ke belahan pantatnya. Agnes
mendesah keenakan. Kepalanya
bersandar ke dadaku. Tangannya
terkulai lemas. Hanya nafasnya saja
yang kudengar makin memburu. Segera
kugendong dia menuju ke tempat tidur.
Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya.
Bulu kemaluannya masih sangat jarang.
Menyerupai bulu halus yang tumbuh di
tangannya. Kulebarkan kakinya agar
mudah menuju ke vaginanya. Kucium
dengan lembut sambil sesekali kujilat
klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh
untuk meremas-remas payudaranya
adiknya itu. Aahh.. ach.. ge.. geli Kak.
Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak.
Jangan berhenti. Mmh.. aahh.. ahh.
Setelah puas dengan vagina Agnes. Aku
menarik Elsa menjauh sedikit dari
tempat tidur. Dian kusuruh meneruskan.
Lalu dengan gaya 69, Dian menyuruh
Agnes menjilati vaginanya. Sementara
itu, aku mulai mencumbu Elsa. Kubuka
kaos ketatnya dengan terburu-buru.
Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga
payudaranya yang besar bergoyang-
goyang di depan mukaku. Wow, tete
kamu bagus banget. Apalagi putingnya,
merah banget kayak permen, godaku
sambil meremas-remas payudaranya
dan mengulum putingnya yang besar.
Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
Ahh, ah Kakak, bisa aja, katanya sambil
tangan kirinya mengelus kepalaku dan
tangan kanannya berusaha manjangkau
penisku.
Melihat dia kesulitan, segera
kudekatkan penisku dan kutekan-
tekankan ke vaginanya. Sambil
mendesah keenakan, tangannya
mengocok penisku. Karena kurasakan
air maniku hampir saja muncrat, segera
kuhentikan kocokannya yang benar-
benar nikmat itu. Harus kuakui,
kocokannya lebih nikmat daripada Dian.
Setelah menenangkan diri agar air
maniku tidak keluar dulu, aku mulai
melorotkan CD-nya yang sudah basah
kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu
kemaluannya lebat sekali, walaupun
tidak selebat Dian, sehingga
membuatku sedikit kesulitan melihat
vaginanya. Setelah kusibakkan, baru
terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh
Elsa mengangkang lebih lebar lagi agar
memudahkanku menjilat vaginanya.
Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku
dijepit oleh kedua pahanya yang putih
mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.
aahh, Kak.. Elsa mau pipiss.. erangnya
sambil meremas pundakku.
Keluarin aja. Jangan ditahan, kataku.
Baru selesai ngomong, dari vaginanya
terpancar air yang lumayan banyak.
Bahkan penisku sempat terguyur oleh
pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku
dalam hati. Hangat.
Setelah selesai, kuajak Elsa kembali ke
tempat tidur. Kulihat Dian dan Agnes
sedang asyik berciuman sambil tangan
keduanya memainkan vaginanya
masing-masing. Sementara di sprei
terlihat ada banyak cairan. Rupanya
keduanya sudah sempat ejakulasi.
Karena Dian adalah pacarku, maka ia
yang dapat kesempatan pertama untuk
merasakan penisku. Kusuruh Dian
nungging. Sayang, Dian udah lama
nunggu saat-saat ini, katanya sambil
mengambil posisi nungging. Setelah
sebelumnya sempat mencium bibirku
dan kemudian mengecup penisku
dengan mesra.
Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan
penisku ke vaginanya yang sedikit
membuka. Lalu mulai kumasukkan
sedikit demi sedikit. Vaginanya masih
sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan.
Dengan hentakan, kutekan penisku agar
lebih masuk ke dalam. Aachk! Sayang,
sa.. sakit! aahhck.. ahhck.. Dian
mengerang tetapi aku tak peduli.
Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga
akhirnya penisku seluruhnya masuk ke
dalam vaginanya. Kuistirahatkan
penisku sebentar. Kurasakan vaginanya
berdenyut-denyut. Membuatku ingin
beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan
penisku di dalam vaginanya yang basah
sehingga memudahkan penisku untuk
bergerak. Kutarik penisku dengan
perlahan-lahan membuatnya
menggeliat dalam kenikmatan yang
belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba
tubuh Dian menggeliat dengan liar dan
mengerang dengan keras. Kemudian
tubuhnya kembali melemas dengan
nafas yang memburu. Kurasakan
penisku bagai disemprot oleh air hangat.
Rupanya Dian sudah ejakulasi. Kucabut
penisku dari vaginanya. Terlihat ada
cairan yang menetes dari vaginanya.
Kok ada darahnya sayang? tanya Dian
terkejut ketika melihat ke vaginanya.
Kan baru pertama kali, balas Dian
mesra.
Udah, nggak apa-apa. Yang penting
nikmat kan sayang? kataku
menenangkannya sambil mengeluskan
penisku ke mulut Elsa. Dian cuma
tersenyum dan setelah kucium bibirnya,
aku pindah ke Elsa.
Sambil mengambil posisi mengangkang
di atasnya, kudekatkan penisku ke
mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar.
Lalu kuletakkan penisku di antara
belahan payudaranya. Kemudian
kudekatkan kedua payudaranya
sehingga menjepit penisku. Begitu
penisku terjepit oleh payudaranya,
kurasakan kehangatan. Ooh.. Elsa,
hangat sekali. Seperti vagina, kataku
sambil memaju-mundurkan pinggulku.
Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar
kemudian yang terdengar dari mulutnya
hanyalah desahan kenikmatan.
Setelah beberapa saat mengocok
penisku dengan payudaranya, kutarik
penisku dan kuarahkan ke mulut
bawahnya. Dimasukin sekarang ya?
kataku sambil mengusapkan penisku ke
bibir kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih
mengangkang. Kupegang penisku dan
kemudian kumasukkan ke dalam
kewanitaannya. Dibanding Dian, vagina
Elsa lebih mudah dimasuki karena lebih
lebar. Kedua jarinya membuka
kewanitaannya agar lebih gampang
dimasuki. Sama seperti kakaknya, Elsa
sempat mengerang kesakitan. Tapi
tampaknya tidak begitu dipedulikannya.
Kenikmatan hubungan seks yang belum
pernah dia rasakan mengalahkan
perasaan apapun yang dia rasakan saat
itu. Kupercepat kocokanku. Aahh.. aahh..
aacchk.. Kak terus Kak.. ahh.. ahh..
mmh.. aahh.. Elsa udah mau ke.. keluar.
Mendengar itu, semakin dalam
kutanamkan penisku dan semakin
kupercepat kocokanku. Aahh.. Kak.. Elsa
keluar! mmh.. aahh.. ahh.. Segera
kucabut penisku. Dan kemudian dari
bibir kemaluannya mengalir cairan yang
sangat banyak. Elsa, nikmat khan?
tanyaku sambil menyuruh Agnes
mendekat. Enak sekali Kak. Elsa belum
pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh
kan Elsa ngerasain lagi? tanyanya
dengan mata yang sayu dan senyum
yang tersungging di bibirnya. Aku
mengangguk. Dengan gerakan lamban,
Elsa pindah mendekati Dian. Yang
kemudian disambut dengan ciuman
mesra oleh Dian.
Nah, sekarang giliran kamu, kataku
sambil merangkul pundak Agnes.
Kemudian, untuk merangsangnya
kembali, kurendahkan tubuhku dan
kumainkan payudaranya. Bisa kudengar
jantungnya berdegup dengan keras.
Agnes jangan tegang ya. Rileks aja,
bujukku sambil membelai-belai
vaginanya yang mulai basah. Agnes
cuma mengangguk lemah. Kubaringkan
tubuhku. Kubimbing Agnes agar duduk di
atasku. Setelah itu kuminta
mendekatkan vaginanya ke mulutku.
Setelah dekat, segera kucium dan
kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh
tangannya mengocok penisku. Beberapa
saat kemudian, Kak.. aahh.. ada yang..
mau.. keluar dari memek Agnes.. aahh..
ahh, erangnya sambil menggeliat-geliat.
Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja,
kataku sambil meringis kesakitan.
Soalnya tangannya meremas penisku
keras sekali. Baru saja aku selesai
ngomong, vaginanya mengalir cairan
hangat. Aahh.. aachk.. nikmat sekali
Kak.. nikmat.. jerit Agnes dengan tangan
meremas-remas payudaranya sendiri.
Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia
jongkok di atas penisku. Begitu jongkok,
kuangkat pinggulku sehingga kepala
penisku menempel dengan bibir
vaginanya. Kubuka vaginanya dengan
jari-jariku, dan kusuruh dia turun
sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali.
Maklum, masih anak-anak. Penisku
mulai masuk sedikit-sedikit. Agnes
mengerang menahan sakit. Kulihat
darah mengalir sedikit dari vaginanya.
Rupanya selaput daranya sudah berhasil
kutembus. Setelah setengah dari
penisku masuk, kutekan pinggulnya
dengan keras sehingga akhirnya penisku
masuk semua ke vaginanya. Hentakan
yang cukup keras tadi membuat Agnes
menjerit kesakitan.
Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba
payudaranya dan kuremas-remas
dengan lembut. Setelah Agnes merasa
nikmat, baru kuteruskan mengocok
vaginanya. Lama-kelamaan Agnes mulai
menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan
tubuhnya sehingga penisku makin dalam
menghunjam ke dalam vaginanya yang
semakin basah. Kubimbing tubuhnya
agar naik turun. Aahh.. aahh.. aachk..
Kak.. Agnes.. mau keluar.. lagi, katanya
sambil terengah-engah. Selesai
berbicara, penisku kembali disiram
dengan cairan hangat. Bahkan lebih
hangat dari kedua kakaknya. Begitu
selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas
dan memelukku. Kuangkat wajahnya,
kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya
dengan mesra.
Setelah kududukkan Agnes di
sebelahku, kupanggil kedua kakaknya
agar mendekat. Kemudian aku berdiri
dan mendekatkan penisku ke muka
mereka bertiga. Kukocok penisku
dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan
lagi. Mereka secara bergantian
mengulum penisku. Membantuku
mengeluarkan air mani yang sejak tadi
kutahan. Makin lama semakin cepat.
Dan akhirnya, croott.. croott.. creet..
creet! Air maniku memancar banyak
sekali. Membasahi wajah kakak beradik
itu. Kukocok penisku lebih cepat lagi
agar keluar lebih banyak. Setelah air
maniku tidak keluar lagi, ketiganya
tanpa disuruh menjilati air mani yang
masih menetes. Lalu kemudian menjilati
wajah mereka sendiri bergantian.
Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan
ketiganya kemudian merangkulku.
Agnes di kananku, Elsa di samping kiriku,
sedangkan Dian tiduran di tubuhku
sambil mencium bibirku. Kami berempat
akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi
aku, sepanjang pengalamanku
berhubungan seks, belum pernah aku
merasakan yang senikmat ini. Dengan
tiga orang gadis, adik kakak, masih
perawan pula semuanya. That was the
best day of my live.
Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar